Mulai dari Pencak Silat sampai Debus, Ini Kebudayaan Suku Baduy yang Menarik
loading...
A
A
A
JAKARTA - Baduy Dalam merupakan suku asli Sunda, Banten yang masih menjaga tradisi leluhurnya. Mereka juga secara gamblang menolak sistem modernisasi, baik dalam cara berpakaian maupun pola hidup lainnya.
Penduduk Suku Baduy Dalam tinggal di kawasan Cagar Budaya Pegunungan Kendeng seluas 5.101,85 hektare di daerah Kanekes, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak. Perkampungan masyarakat Baduy umumnya terletak di daerah aliran Sungai Ciujung di Pegunungan Kendeng.
Mereka hidup berdampingan dengan rukun. Penduduk Suku Baduy Dalam juga masih menjalankan sejumlah tradisi yang unik sebagai simbol kebudayaan mereka. Melansir laman resmi Provinsi Banten, berikut adalah 4 kebudayaan Suku Baduy Dalam yang unik dan menarik perhatian.
Baca juga: Staycation Barokah dari Mister Aladin, Diskon hingga Rp500 Ribu!
Pencak Silat
Budaya pencak silat yang kerap dilakukan masyarakat Baduy tak lepas dari peran ulama dan Islam dalam sejarahnya. Seiring waktu, pencak silat lalu berkembang dari sekedar ilmu bela diri menjadi bagian dari latihan spiritual. Hingga saat ini, masyarakat Suku Baduy Dalam masih dikenal dan diakui dengan pendekar dan jawaranya, yakni sebutan untuk orang-orang yang mahir dalam ilmu silat.
Debus
Debus merupakan kesenian bela diri dari Banten. Kesenian ini diciptakan pada abad ke-16, pada masa pemerintahan Sultan Maulana Hasanuddin (1532-1570). Debus, suatu kesenian yang mempertunjukan kemampuan manusia yang luar biasa, kebal senjata tajam, kebal api, minum air keras, memasukan benda ke dalam kelapa utuh, menggoreng telur di kepala dan lain-lain. Di Banten sendiri, debus menjadi sesuatu yang lumrah dan banyak perguruan yang mengajarkannya.
Tari Topeng
Tari topeng merupakan salah satu budaya masyarakat Baduy Dalam yang biasanya dilakukan oleh seorang pria. Namun, tak menutup kemungkinan saat ini wanita juga dapat melakukannya sesuai kebutuhan. Gerakan tarian ini dilakukan dengan sangat gemulai. Tari topeng ini mengisahkan tentang balas dendam seseorang karena cintanya ditolak.
Penduduk Suku Baduy Dalam tinggal di kawasan Cagar Budaya Pegunungan Kendeng seluas 5.101,85 hektare di daerah Kanekes, Kecamatan Leuwidamar, Kabupaten Lebak. Perkampungan masyarakat Baduy umumnya terletak di daerah aliran Sungai Ciujung di Pegunungan Kendeng.
Mereka hidup berdampingan dengan rukun. Penduduk Suku Baduy Dalam juga masih menjalankan sejumlah tradisi yang unik sebagai simbol kebudayaan mereka. Melansir laman resmi Provinsi Banten, berikut adalah 4 kebudayaan Suku Baduy Dalam yang unik dan menarik perhatian.
Baca juga: Staycation Barokah dari Mister Aladin, Diskon hingga Rp500 Ribu!
Pencak Silat
Budaya pencak silat yang kerap dilakukan masyarakat Baduy tak lepas dari peran ulama dan Islam dalam sejarahnya. Seiring waktu, pencak silat lalu berkembang dari sekedar ilmu bela diri menjadi bagian dari latihan spiritual. Hingga saat ini, masyarakat Suku Baduy Dalam masih dikenal dan diakui dengan pendekar dan jawaranya, yakni sebutan untuk orang-orang yang mahir dalam ilmu silat.
Debus
Debus merupakan kesenian bela diri dari Banten. Kesenian ini diciptakan pada abad ke-16, pada masa pemerintahan Sultan Maulana Hasanuddin (1532-1570). Debus, suatu kesenian yang mempertunjukan kemampuan manusia yang luar biasa, kebal senjata tajam, kebal api, minum air keras, memasukan benda ke dalam kelapa utuh, menggoreng telur di kepala dan lain-lain. Di Banten sendiri, debus menjadi sesuatu yang lumrah dan banyak perguruan yang mengajarkannya.
Tari Topeng
Tari topeng merupakan salah satu budaya masyarakat Baduy Dalam yang biasanya dilakukan oleh seorang pria. Namun, tak menutup kemungkinan saat ini wanita juga dapat melakukannya sesuai kebutuhan. Gerakan tarian ini dilakukan dengan sangat gemulai. Tari topeng ini mengisahkan tentang balas dendam seseorang karena cintanya ditolak.